RSS

Komparasi yang Menyimpang

Salah satu langkah mengetahui kualitas yang paling efektif adalah dengan komparasi atau perbandingan. Dari komparasi akan sangat bermanfaat apabila tepat menggunakannya.

Banyak hal dilakukan seseorang, kelompok ataupun instansi dan lembaga baik pemerintah maupun non-pemerintah untuk mengkomparasi (study banding). Kita bisa menemukan di sekolah-sekolah sekitar kita yang melakukan studi banding ke sekolah favorit luar daerah, atau satu kampus berkunjung ke kampus lain. Begitu juga dengan instansi pemerintah, termasuk belakangan ini ramai diberitakan Komisi VII mau berkunjung ke Skandinavia di Eropa nun jauh di sana. Tentunya kita, juga pelaku banding, sadar bahwa perbandingan yang mereka lakukan itu tidak murah. Tapi ada juga perbandingan yang murah, misalkan, membandingkan harga sembako di Jakarta dengan harga sembako di Tokyo.

Perbandingan itu mungkin gratis, tapi kita harus hati-hati dalam menggunakan perbandingan. Syarat mutlak dalam melakukan komparasi atau perbandingan adalah kesetaraan variabel atau objek antara dua poin yang akan diperbandingkan. Suatu kampus tidaklah mungkin melakukan studi banding ke Taman Kanak-Kanak, atau sebaliknya. Hal ini karena variabel antara dunia kampus dan dunia TK berbeda. Contoh lain kita tentu tidak dapat membandingkan rasa antara martabak keju dengan roti bakar coklat, tentu keduanya memiliki variabel yang berbeda.

Tapi sadarkah kita betapa sering kita melakukan komparasi yang menyimpang, yaitu membandingnkan dua objek yang memiliki variabel berbeda itu? Itu merupakan bentuk komparasi yang menyimpang, dan melakukan penyimpangan komparasi HARAM hukumnya!

Dikatakan haram karena komparasi yang menyimpang menyesatkan.

Sebagai contoh seperti yang saya katakan di atas bahwa harga barang-barang pokok di Tokyo lebih mahal dari Jakarta. Objek barang-barang pokok yang dijadikan bahan komparasi memang sama. Tapi kita harus ingat bahwa kesejahteraan masyarakat Jepang jauh lebih makmur daripada masyarakat Indonesia. Maka seharusnya bila ingin membandingkan tingginya harga pokok di Tokyo dan di Jakarta, kita juga harus membandingkan tingginya penghasilan masyarakat Tokyo dengan masyarakat kita di Jakarta. Ini yang sering kita lupakan.

Penyakit lupa ini pula yang diidap oleh pemerintah ktia saat berniat menaikkan harga BBM. Yang terhormat para penguasa kita selalu saja bergembar-gembor bahwa harga BBM di negara kita masih lebih murah dibanding di negara tetangga, Malaysia misalnya. Tapi sayangnya penguasa kita itu lupa bahwa tingkat harga BBM di negara itu sejajar dengan tingkat kesejahteraan rakyatnya. Sangat tidak adil bila akan menyamakan harga BBM di negara kita yang rata-rata masyarakatnya bergaji Rp 1.000.000,- per bulan dengan negara tetangga yang rata-rata gajinya Rp 10.000.000,- per bulan. Saya kira perbuatan ini pantas dikatakan dzolim. Saya pikir masih banyak jalan yang jauh lebih efektif daripada “berlogika malas” dengan asal menaikkan harga BBM tanpa menghiraukan kepentingan rakyatnya.

Bukankah menindak para pelaku “mark-up” anggaran jauh lebih efektif untuk menghemat uang kita? Belum lagi tradisi birokrasi yang mewajibkan “management fee” dalam setiap proyek yang digarap. Dana untuk “management fee” minimal 5% dari total anggaran proyek. Kemana larinya uang itu? Kemana lagi kalau tidak ke saku mereka para pemain proyek. Bisa kita hitung, 5% dari total APBN kita yang sekitar 1200 triliyun tentunya bukan angka yang sedikit.

Lalu, sejauh mana kualitas bangsa kita, mulai dari rakyat sampai pemimpinnya, dengan kualitas bangsa tetangga dan bangsa negara-negara lainnya? Silahkan dikomparasi sendiri, dengan catatan, hindari komparasi yang menyimpang.
readmore »»  

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Biar Syurga Yang Bicara

Hanya ada sinis setiap kali kupandang tatapan mereka. Meski aku selalu menebar senyum lebar pada mereka, tapi itu tak mengurangi sedikit pun tatapan sinisnya. Sebelumnya, aku tak pernah marah dengan perilaku mereka. Aku selalu berprasangka baik pada semua orang. Sinisme yang ditebar padaku justru menjadi kebanggaan untukku, dan seharusnya pula emak, yang melahirkanku. “Aku tampan dan pintar dan banyak penggemar sehingga banyak orang yang iri padaku,” ujarku setiap kali memandang tatapan sinis itu.

Tapi emak tak sepandangan denganku. Emak, meski aku tahu sangat sayang padaku, tapi ia seperti menyesal telah melahirkanku. Setiap kali menatapku, hampir selalu kulihat titik airmatanya. Aku tak tahu persis apa arti airmata itu. Apakah kebanggaan, penyesalan atau cinta dan kasih sayang. Mungkin pula campuran ketiganya. Duh emak, malang nian kau hingga menangisiku setiap waktu. Bukankah anakmu ini sudah sangat membanggakanmu, Mak? Bukankah semua orang itu hanya iri pada keunggulanku?

“Nak, kasihan kamu!” Ujar emak selalu setiap kali membersihkan badanku. Tapi setiap kali ucapan itu keluar, setiap kali pula tak ada respon dariku. Aku hanya senyum saja merasakan kasih sayang emak padaku.

“Emak, aku sangat sayang padamu!” tapi sayang, itu hanya bisa kuucapkan dalam hati. Aku tak tahu, dengan cara apa aku mengungkapkannya. Aku kira ucapan saja tak cukup untuk mengungkapkannya. Apa perlu aku membunuh diriku dengan meninggalkan secarik kertas berisi pesan kasih sayang untuk emak? Aku kira itu saja belum cukup. Biarlah rasa sayangku sama emak aku simpan saja dalam hati, sambil berharap di syurga nanti, Tuhan mau menayangkan rekaman isi hatiku, betapa besar rasa sayangku pada emak sehingga aku tak dapat membuktikan apa-apa di dunia.

“Jangan keluar rumah nak, di dalam saja!” Begitu perintah emak setelah membersihkan badanku. Akupun hanya senyum menjawabnya. Tapi, lagi-lagi emak menitikkan airmata. Ingin aku menemani emak menitikkan airmata. Barangkali airmataku kering karena deritaku di masa lalu, atau mungkin juga karena aku cukup bahagia dengan hidupku sehingga sulit untuk menitikkan satu saja airmata!

Ahh, emak! Sebetulnya apa yang membuatmu menangis mak? Apakah itu kebahagiaan atau penderitaan mak? Andai itu penderitaan, pasti akan kusingkirkan sumber penderitaan itu. Dan bila itu kebahagiaan, akan kubalas sumber kebahagiaan itu dengan kebahagiaan yang sama, atau berkali lipat adanya. Tapi sayangnya, emak tak mau mengutarakannya, sedangkan aku tak mampu memancing agar emak mau mengatakannya.

Hingga satu saat, emak memarahiku karena aku tak patuh pada perintahnya. aku keluar rumah saat emak baru saja bilang aku tak boleh keluar. Aku keliling kampung sekitar, dengan pakaian normal layaknya orang-orang kampung yang proletar itu. Ini bukan pertama kali aku keluar sebetulnya, mungkin yang ketujuh atau kedelapan kali. Tapi tak pernah sekalipun emak memergoki. Baru kali ini, emak melihatku diarak anak-anak kampung. Aku senang sekali ketika anak-anak itu menyambutku dengan mengarakku. Aku pun menyambut arakan itu dengan gembira dan tertawa. Tapi emak tak suka dengan kelebihanku. Ia menyeretku pulang karena tak menginginkan aku bak artis yang sedang dielu-elukan penggemarnya.

Aku teringat masa kecilku ketika dulu aku mengutarakan cita-citaku di hadapan emak. Aku bilang aku ingin menjadi artis. Tapi emak melarangku dengan senyum manisnya, “nak, ada hal yang lebih bermakna dari sekedar kepopuleran dan keglamoran materi, kamu harus belajar mencari makna itu tanpa harus menyentuh materi,” ucap emak lembut dengan senyum manisnya. Akupun tersenyum pula dibawanya. Aku tak tahu maksud emak bilang seperti itu, tapi aku beruntung karena aku masih mengingat kalimat itu. Hingga aku menjadi seperti sekarang ini, kata-kata itu tak satu pun huruf yang lepas dari ingatanku.

Awalnya aku kira inilah makna yang dimaksud emak dulu. Tapi ternyata, emak memarahiku dengan kemarahan yang tak pernah kulihat sebelumnya. Tanganku digenggam erat dibawa pulang. Bukannya aku tak mampu menahan atau melawannya. Aku tak berani melawan emak, emak yang paling aku sayangi dan paling aku cintai ini. Ah emak, apa yang kau maksud dengan makna mak? Apa aku harus menunggu pula biar syurga yang bicara?

“Sudah emak bilang, jangan keluar rumah! Apalagi sejauh itu hingga kau diarak anak-anak. Emak malu, nak, malu!” Ucapnya keras sambil menitikkan airmata. Ingin aku temani emak dengan airmataku, tapi aku hanya bisa menelan kepedihanku dengan senyuman. “Dengar nggak kamu!”bentaknya lagi melihatku senyum. Aku diam.

Tapi kemarahan emak itu belum menyadarkanku. Aku tak mau kehilangan para penggemarku itu. Jika tidak menemui mereka, bisa-bisa mereka akan pindah kegemarannya, dan aku tak punya penggemar lagi. Bukankah pepatah kampungku juga bilang witing tresno jalaran soko kulino? Untuk memelihara cinta mereka, aku harus memperhatian intensitas pertemuanku dengan mereka. Aku pun mulai merancang strategi. Aku hanya akan menemui para penggemarku itu saat jam ‘kerja’ emakku.

Keesokannya langsung kupraktekkan strategi itu, dan ternyata berjalan lancar hingga berminggu-minggu lamanya. Hingga suatu peristiwa, seorang anak yang sangat menggemariku itu dipaksa pulang bapaknya. Bapaknya hanya bilang, ”jangan dekati orang gila itu, nanti kamu ikut gila juga!” Sedih sekali aku mendengarnya. Tak apa aku dibilang gila, tapi aku tak terima jika penggemarku menjauhi orang yang digemarinya. Meski aku hanya diam kecewa, tapi bapak anak itu memelototi aku, seolah ingin mengenyahkanku dari dunia.

Aku masih digeluti rasa kecewaku saat aku berjalan pulang. Tanpa sadar aku membiarkan para penggemarku itu membuntuti mengarakku sampai rumah. Di rumah, aku beri mereka isyarat untuk pergi dari rumahku dengan melambaikan tangan saja. Tapi mereka enggan bergeming dan terus saja meneriaki aku. Hingga emak datang mereka masih saja meneriaki aku. Emak berusaha mengusir mereka, tapi tak satupun dari mereka meninggalkanku. Entah sengaja atau tidak, emak mengambil lanjaran bambu yang tergeletak di samping rumah dan mengayunkannya ke arah para penggemarku. Bambu itu mengenai kepala salah satu penggemarku hingga berdarah dan menangis. Aku melihatnya, tapi emak sepertinya tak tahu kalau kayu yang mengenai salah satu penggemarku itu melukai kepalanya. Emak menyeretku masuk, dan mengunci pintu.

Entah sedari kapan, dua orang lelaki mengetuk-ketuk pintu dengan kasar. Mereka sama meneriaki nama emak. Aku hanya meringkuk saja di dapur ketakutan. Kudengar emak mulai melangkah lemah ke depan rumah. Emak membukakan pintu, dan disambut teriakan salah seorang lelaki yang meminta pertanggungjawaban pada emak yang melukai kepala anaknya. Emak terdengar menangis di sela kerasnya ucapan si lelaki. Aku tahu emak pasti tak punya uang untuk mengobati luka kepala anak itu seperti yang diminta salah seorang lelakinya. Tapi anehnya mereka masih saja meminta, dan mulai kudengar suara barang perabot tumah tangga bergelotak. Mereka tak tahu etika dan tak ada pengertiannya.

Aku tak terima emak dibuat menderita. Meski aku tahu emak salah saat itu, aku harus membela emakku. Kuhampiri kedua lelaki yang mendatangi rumahku itu. Mereka menatapku sinis sembari tetap mengorek lemari. Aku usir dengan mendorong mereka keluar. Dan mereka pun pergi. Sejak itu mulai berfikir bahwa ternyata merekalah yang membuat emak selalu sedih. Begitu pula dengan para penggemarku. Emak sering marah padaku karena ulah mereka-mereka itu. Mulai kini, akan kusingkirkan mereka semua dari hadapan emak. Aku sayang emak. Aku tak ingin emak sedih. Emak akan sedih jika berhubungan dengan mereka, orang-orang kampung juga anak-anak penggemarku.

Dan sejak peristiwa itu, semua orang kampung semakin membenciku. Dan emak tentunya. Ketika aku sejenak saja diam di halaman rumah warga, mereka langsung mengusirku seperti mengusir anjing.

“Huss..huss..! Pergi kau, Tono! Jangan maen di sini!” Hampir semua warga berteriak seperti itu padaku. Bila aku sedang tak enak hati dirasa, aku lempar saja batu ke kaca rumah mereka. Pernah pula langsung kulempar batu di mulut peneriak kata itu, hingga giginya tak tersisa. Tapi setelah itu aku dipukuli warga. Dengan menahan rasa perih dan nyeri di muka akibat dipukuli, aku bergumam, “inikah yang dimaksud makna sama emak?”

Benar atau tidaknya, kunanti syurga yang bicara, seperti kunanti ia akan menceritakan rasa cintaku sama emak.

readmore »»  

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

mari kita buru derita!

selalu indah membuka kembali lembaran masa lalu.

hanya ada bahagia kutemui.

karena kesedihan dan penderitaan di masa lalu adalah kebahagiaanku kini.

tipis sekali hijab duka dan bahagia, karena di setiap duka pasti terdapat bahagia,

pun demikian sebaliknya, di setiap bahagia pasti terelip duka. ibarat dua sisi mata uang,

mereka tak bisa dipisahkan.

Ibarat waktu, di mana siang di situ akan datang malam.

Ibarat arah mata angin, di mana ada timut di situ ada barat.

Itulah rasa, fluktuasinya tak bisa diprediksi oleh kita.

dan kita takkan pernah tahu apa itu bahagia andai kita tak pernah merasakan pahitnya duka dan derita.

mari kita perbanyak duka dan derita,

dan sejauh itu pula kita kan merasa bahagia.

Karena semakin kita memburu kebahagiaan maka akan semakin dekat pula kepada kita penderitaan.

Sebagaimana semakin giat kita memburu keramaian,

semakin cepat pula kita akan dapatkan kesunyian.

Welcome joy!
readmore »»  

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

"aku"

dari kawanku, chica..

aku adalah,
yang menulis dan membaca tulisan ini
aku adalah aku,
yang merasakan dan yang punya ide menulis
aku adalah aku,
bukan dia ataupun mereka
adalah aku yang tak pernah memungkiri
adalah aku yang tak pernah selalu bersih
adalah aku yang selalu kalah melawan diri
adalah aku yang selalu kalah melawan keadaan
adalah aku yang selalu berlindung dalam bayang semu dan kebohongan
beralasan demi pelarian
aku adalah aku
yang tak pernah jauh dari kemunafikan
aku adalah aku
seorang yang sangat pengecut,
adalah aku yang selalu kosong
adalah aku yang selalu jauh dari cinta dan logika
dan bukan aku jika
aku menyesali garis nasib
readmore »»  

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Islam di Republik Irlandia

Republik Irlandia
Pada 29 Desember 1937, perjanjian yang mengakui kemerdekaan Republik Irlandia ditandatangani oleh pemimpin Irlandia Selatan dan pemerintah Inggris. Namun, dengan alasan tengah berlangsungnya Perang Dunia II, Inggris tidak melaksanakan isi perjanjian tersebut. Setelah perang berakhir, pada tahun 1949, rakyat Irlandia selatan yang mayoritas Katolik, mengumumkan secara resmi kemerdekaannya dari Inggris. Kemerdekaan ini berhasil dicapai setelah rakyat Irlandia selama delapan abad berjuang melawan Inggris.
Data Seputar Republik Irlandia

Ibu kota
Dublin
53°26′ LU 6°15′ BB
Bahasa resmi Irlandia, Inggris
Pemerintahan
Presiden Taoiseach Demokrasi parlementer Mary McAleese
Brian Cowen Kemerdekaan
- Proklamasi
- Diakui Dari Britania Raya
21 Januari 1919
6 Desember 1921 Wilayah
- Total
- Air (%)
70.273 km² (ke-117)
2% Penduduk
- Perk. 2007
- Sensus 2006
- Kepadatan
4.339.00 jiwa
4.239.848 jiwa
60,3 jiwa/km² (ke-139) PDB (PPP)
- Total
- Per kapita perk. 2006
US$177,2 miliar (ke-50)
US$45.600 (ke-8) PDB (nominal)
- Total
- Per kapita perk. 2006
US$202,9 milyar (ke-30)
US$50.150 (ke-5) Mata uang Euro (EUR) Zona waktu
- Musim panas (DST) UTC
UTC+1 TLD internet .ie Kode telepon +353 1. Mata uang sebelum 1999 ialah Pound.
Agama, 0,106 Islam, 3,591 Kristen Katholik, 0,126 Protestan, 65 lainnya.



Peta Republik Irlandia yang menunjukkan county. Republik Irlandia
1. Dublin
— Kota Dublin
— DĂșn Laoghaire-Rathdown
— Fingal
— South Dublin
2. Wicklow
3. Wexford
— Wexford (Borough)
4. Carlow
5. Kildare
6. Meath
7. Louth
— Drogheda (Borough)
8. Monaghan
9. Cavan
10. Longford
11. Westmeath
12. Offaly
13. Laois
14. Kilkenny
— Kilkenny (Borough) 15. Waterford
— Kota Waterford
16. Cork
— Kota Cork
17. Kerry
18. Limerick
— Kota Limerick
19. Tipperary
— North Tipperary
— South Tipperary
— Clonmel (Borough)
20. Clare
21. Galway
— Kota Galway
22. Mayo
23. Roscommon
24. Sligo
— Sligo (Borough)
25. Leitrim
26. Donegal



Sejarah Masuknya Islam di Irlandia
Menurut Friday's Irish Times, Muslim masuk di Negeri itu di tahun 1950 yang dibawa oleh kelompok Muslim pendatang (Turkish). Umumnya, mereka sedang melanjutkan sekolah di Universitas Irlandia. Karena tidak ada masjid di Dublin pada waktu, para siswa --kebanyakan dari Asia dan Timur Tengah-- melakukan shalat Jumatdi rumah-rumah di hal atau aula yang telah disewa.
Dengan bantuan keluarga Raja Faisal dari Saudi Arabia, Muslim Irlandia kemudian membuka masjid pertama yang juga menjadi Islamic Centre di Harrington Street Dublin tahun 1976.
Tanah dan bangunan menjadi kian sempit setelah makin banyaknya para muallaf. Maka tahun 1983, sebuah bangunan gereja yang mati di Jalan Lingkar Selatan, Dublin dibeli dan diubah menjadi masjid yang kini dikenal dengan Dublin Mosque. Tahun 1996, Pusat Kebudaan Islam di Clonskeagh dibuka. Termasuk membuka sekolah Islam, yang dibiayai oleh pengusaha asal Dubai, Syeikh Hamdan Rashid Al-Maktoum.
Akan tetapi ada yang menyebutkan bahwa Kesultanan Utsmani telah memasuki wilayah Irlandia yang sedang mengalami kelaparan tahun 1845. meski sangat memungkinkan bahwa Islam sudah lama berinteraksi dengan masyarakat Irlandia sebelumnya. Namun hal ini bisa dijadikan dasar bahwa pembawa Islam pertama kali ke Irlandia adalah muslim Turki.
Dalam ontology sejarah Islam Eropa Republika, awalnya Islam di Irlandia dihadapkan pada larangan akan eksistensi mereka oleh pemerintah setempat. Hal ini disebabkan karena semakin berkembangnya agama tersebut akibat adanya gelombang emigrasi dari negeri-negeri Afrika yang sedang didera peperangan, sehingga mereka merasa akan adanya ancaman dari Islam.
Beberapa kali pemerintah sempat berusaha mengusir mereka. Diantaranya mereka membuat pilihan kepada para Imigran muslim untuk pergi ke kampung halamannya dan dihadapkan pada peperangan dan pembunuhan atau mereka menyebar ke seluruh penjuru Irlandia agar tidak memunculkan suatu komunitas Islam di Irlandia.
Tapi kebijakan tersebut ditolak baik oleh pihak muslim dan mereka mendapat dukungan dari empat uskup Katholik kepada orang-orang Islam untuk tetap tinggal di tempat mereka tinggal sekarang. Karena keempat uskup tersebut tidak membiarkan mereka untuk menyebar ke seluruh penjuru Irlandia, apalagi kembali ke negeri asalnya karena akan berhadapan dengan penahanan bahkan pembunuhan.
Berkat dukungan tersebut akhirnya eksistensi Islam diperbolehkan di Irlandia, bahkan mereka diakui oleh pemerintahan Irlandia sehingga sekarang Islam menjadi agama terbesar ketiga di negara tersebut.

Kehidupan Masyarakat Muslim Irlandia
Seperti negara-negara Eropa lainnya, Irlandia juga termasuk dalam kelompok negara sekuler. Dan permasalahan ini selalu menjadi topik yang menarik untuk diangkat jika harus bersentuhan dengan agama Islam.
Sebagai muslim tentu mereka ingin menunjukkan identitas dirinya, selain sebagai symbol kepatuhan kepada ajaran Tuhannya. Tetapi bagaimana jika hal itu berlawanan dengan peraturan pemerintahan yang berlaku? Dan hal ini terjadi pada muslim yang berdomisili di kawasan benua Eropa, termasuk Irlandia.
Masalah jilbab adalah masalah yang paling disorot oleh masyarakat non-muslim Eropa. Boleh tidaknya jilbab dikenakan di sekolah-sekolah sedang menjadi perdebatan hangat di tengah masyarakat Irlandia. Perdebatan ini dipicu oleh permintaan seorang kepala sekolah kepada departemen pendidikan Irlandia akan membuat peraturan resmi untuk semua sekolah di negeri itu.
Pro kontra masalah jilbab ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika tidak dibesar-besarkan oleh media setempat. Yang ikut merasakan dampaknya adalah keluarga Liam Egam, karena pro kontra ini berawal ketika anak perempuannya bernama Shukaina Egam ingin mengenakan jilbab ke sekolah.
Keinginan Sukhaina berjilbab tidak mengalami kendala, setelah pihak manajemen sekolah Gorey Community School in Wexford, dekat Dublin mengizinkan Sukhaina mengenakan jilbab di lingkungan sekolah, seperti kebanyakan sekolah menengah di Irlandia pada saat itu yang membolehkan siswi muslimahnya berjilbab asalkan warnanya sesuai dengan seragam sekolah.
Namun, kepala sekolah Sukhaina malah mempertanyakan tentang izin berjilbab itu ke Departemen Pendidikan dan meminta departemen pendidikan membuat aturan resmi yang berlaku di seluruh sekolah di Irlandia. Departemen Pendidikan Irlandia menyatakan masalah jilbab diserahkan pada kebijakan sekolah masing-masing.
Selain jilbab, bersentuhan dengan muhrim juga sempat membuat komunitas muslim Irlandia gempar. Seperti yang menimpa seorang imigran muslim dari Somalia yang bekerja sebagai karyawan di Irlandia, Ali Nur Ahmad Syaikh, tidak diberi gaji lantaran menolak berjabat tangan dengan tuannya yang bukan mahram. Dalam wawancara dengan majalah Sunday Time, tuannya (yang enggan disebut namanya) mengatakan, “Saya memberikan gaji tersebut kepada orang lain, karena Ahmad Syaikh tidak mau berjabat tangan denganku.”
Ahmad Syaikh sendiri menyatakan, sebelumnya ia telah meminta izin kepada panitia penyerahan gaji untuk tidak berjabat tangan tatkala penyerahan gaji. Ia beralasan tuannya adalah wanita, sementara ia tidak berjabat tangan dengan wanita. Menurutnya, panitia telah mengabulkan permintaannya. Namun, lima menit sebelum diumumkannya pembagian gaji, namanya tidak tercantum dan gajinya diberikan kepada orang lain.
Menanggapi kasus ini, bendahara umum Majelis Ulama di Irlandia, mengatakan, “Saya tidak percaya bila ada permasalahan lain selain karena menolak berjabat tangan. Benar, sebagian kaum muslimin ada yang menolak untuk berjabat tangan dengan para wanita. Akan tetapi, mayoritas kaum muslimin di Irlandia menerimanya.” Ia juga menjelaskan, dalam waktu dekat Majelis Ulama dan panitia penyerahan gaji akan berkumpul guna menangani kasus seperti ini.
Sekolah-Sekolah Islam di Irlandia

Di Irlandia terdapat beberapa sekolah yang khusus mengajarkan tentang Islam, baik pengajaran al-Qur'an maupun bahasa Arab untuk anak-anak muslim di sana.. Sekolah-sekolah itu antara lain: Pertama, Al-Falah Islamic School di Dublin. Kelas itu dibuka pada Jumat dan Sabtu setiap minggunya. Kedua, The Sunday Madrasa di Dublin Mosque and Islamic Centre. Ketiga, Nur Al-Huda Quran'ic School di Dublin. Kelas ini dibuka tiga kali seminggu, yaitu Jumat, Sabtu, dan Minggu. Keempat, The Libyan School di Dublin. Sekolah ini terdiri dari imigran-imigran muslim Libya. Sekolah ini mengikuti kurikulum yang diterapkan di Libya. Sekolah ini dibuka untuk anak-anak muslim Libya dan negeri-negeri Arab lain. Kelasnya dibuka pada Sabtu dan Minggu setiap pekannya. Kelima, There are a number of schools over weekends, which are attached to the Mosques in Galway, Cork, Limerick, Cavan, Waterford, Ballyhaunis, Belfast and other places.
Komunitas Muslim Irlandia
Sebagai minoritas, kaum muslimin di Irlandia tentunya memutuhkan perlindungan, baik secara moral maupun secara hukum. Dan kebutuhan inilah yang mendorong mereka membentuk suatu komunitas atau lembaga keagamaan yang dapat menjaga kelangsungan kehidupan mereka.
Berbeda dengan negara-negara yang mayoritas masyarakatnya muslim, di Irlandia tidak banyak tempat yang mereka gunakan untuk mendirikan kantor-kantor kelembagaan Islam. Untuk menyiasatinya mereka memaksimalkan fungsi masjid sebagai pusat keislaman, seperti kembali pada zaman Rasulullah. Di antara msjid-masjid yang dijadikannya pusat-pusat kajian serta perkumpulan adalah:
1. Islamic Cultural Centre of Ireland (Sunni Muslim), di Clonskeagh, Dublin. Imam: Sheikh Hussein Halawa
2. Dublin Mosque (diuruskan oleh Islamic Foundation of Ireland) di South Circular Road. Imam: Sheikh Yayha Al Hussein; Pengarah: Dr Nooh al-Kaddo
3. Supreme Muslim Council of Ireland: Sheikh Shaheed Satardien
4. Muslim Council of Ireland
5. Muslim Association of Ireland, Pengarah Eksekutif: Dr. Khaled Suliman
6. Belfast Islamic Centre, didirikan pada 1977.
7. Ahlul Bayt Islamic Centre (Shi'a Muslim), di Milltown, Dublin; dan
8. Ahmadiyya Muslim Mosque di Wellpark Grove, Galway. Diuruskan oleh Galway Islamic Society
9. Pada tahun 2003, Islamic Cultural Centre dan Foras na Gaeilge bergabung tenaga untuk menterjemah Al-Quran kepada bahasa Irish untuk pertama kalinya.
Pada September 2006 sebuah organisasi payung, Irish Council of Imams, telah ditubuhkan. Organisasi ini mewakili 14 imam-imam dalam Ireland, daripada kedua-dua kebudayaan Sunni dan Shia. Ia di pengerusikan oleh Imam Hussein Halawa (Islamic Cultural Centre of Ireland), dan naib pengerusinya ialah Imam Yahya Al-Hussein (Islamic Foundation of Ireland), dan setiausaha agungnya ialah Ali Selim
Mosque and community center in Dublin.
Source:
Islamic Foundation of Ireland
163 South Circular Road
Dublin-8
Ireland.
Tel: (353-1) 453 3242
Fax: (353-1) 453 2785

Embassy of The Republic of Ireland
Jl. Tarogong Raya No.33 Jakarta, Indonesia
Telp = 021 - 769 5142
Fax = 021 - 769 5142

Cork Muslim Women's Group

Seperti umumnya wanita-wanita lain, muslimah Irlandia juga memiliki komunitas tersendiri. Mereka adalah muslimah yang tinggal di Irlandia dan berpusat di Cork. Komunitas ini tidak didirikan untuk ajang perkumpulan semata melainkan juga bermisi menghidupkan Islam dan menjalin kekerabatan dengan masyarakat non-muslim. Banyak aktifitas yang dilakukan oleh wanita-wanita muslim irlandia, diantaranya seperti ziarah ke Blarney Castle atau Fota Wildlife Park. Selain itu mereka juga sering menggelar event-event semacam dialog public, seperti yang pernah digelar pada bulan April 2007. Yaitu “Dialog Lintas Kepercayaan” antara Sheik Abdur Raheem Green dan Fr Sean O'Sullivan.
Selain itu ada events terbaru erupa kursus motivasi bagi muslimah Irlandia yang digelar pada Sabtu, 26 April 2008 di Masjid Cork (Cork Mosque). Ada juga seminar “Muslim Women in Cork – Who are we?” pada Minggu, 27 April 2008 di Parnell Room, Victoria Hotel, Cork. Acara ini dibuka untuk umum. Bila ada keperluan, kita bisa menghubungi:
Email: corkmuslimwomensgroup.com
Phone or Text: 086-3795081
Makanan Halal

Di dalam Islam ada larangan bagi pemeluknya untuk memakan makanan yang tidak halal, seperti bangkai, darah, daging babi, serta daging yang disembelih tidak atas nama Allah SWT. Selain itu minuman-minuman yang beralkohol juga merupakan larangan untuk dikonsumsi. Hal ini dipahami betul oleh masyarakat muslim Irlandia sehingga menginspirasi untuk mendirikan toko dan rumah makan yang khusus menjual makanan halal. Di antara toko dan restauran yang menjual makanan halal di antaranya:
Halaal Food Stores Clonskeagh Mosque Shop
1. 19 Roebuck Road, Clonskeagh,
Dublin 14. Ireland
Tel: +353-1-260 3721 SCR Mosque Shop
2. 163 South Circular Road,
Dublin 8, Ireland
Tel: +353-1-453 3242
3. South Richmond Street
Dublin 2
Asia Market
4. Mary Street
Dublin 1

Halaal Restaurants
1. 19 Roebuck Road Clonskeagh,
Dublin 14, Ireland SCR Mosque Restaurant
2. 163 South Circular Road,
Dublin 8, Ireland
Iskander's Kebab House
3. Dame Street,
Dublin 2, Ireland Sultan Kebab House
4. George's Street,
Dublin 2, Ireland



Kesimpulan
Melihat latar belakang sejarah dan kehidupan masyarakat muslim Irlandia saat ini adalah hampir tidak ada yang istimewa dibanding dengan latar belakang dan kehidupan muslim di belaan dunia lain. Kecuali pergesekan muslim dengan kebijakan pemerintahan dan toleransi uskup Katholik yang mungkin agak janggal.
Namun jika kita amati lebih lanjut, pergesekan muslim, yang notabene minoritas di negeri tersebut, agaknya wajar jika ada beberapa aspek kebijakan yang bertentangan dengan mereka. Hal ini bisa kita bandingkan pula dengan kebijakan yang ada di Indonesia kepada minoritas non-muslim. Eksistensi Kong Hu Cu sempat menjadi polemik di antara pemerintah, masyarakat dan pemeluk Kong Hu Cu sendiri. Puluhan tahun mereka terasing dan tidak diakui sebagai agama dan memaksa mereka untuk mencari kepercayaan baru yang sebenarnya tidak mereka kehendaki.
Dan toleransi menyelamatkan mereka sehingga diakuinya mereka menjadi agama di Indonesia setelah Abdurrahman Wahid menjadi presiden. Peristiwa ini hampir sama dengan kejadian yang menimpa muslim di Irlandia, kecuali muslim Irlandia didukung oleh uskup Katholik, sedangkan Kong Hu Cu Indonesia dibantu toleransi pemimpin negaranya.
Perihal pergesekan masyarakat muslim dengan penduduk setempat Irlandia, di sini orang-orang Islam telah menunjukkan kesetiaan mereka dengan ajaran agamanya serta telah menunjukkan identitasnya. Larangan memakai jilbab di sekolah ditanggapi dengan serius sehingga pemerintah menghargai kepercayaan muslim dengan tetap memperbolehkan memakai jilbab ke sekolah, akan tetapi warna jilbabnya harus menyesuaikan dengan seragam sekolah yang bersangkutan.
Begitupun yang terjadi dengan Akhmad Syeikh yang menolak bersentuhan kulit dengan wanita yang bukan muhrimnya, yang tak lain wanita tersebut adalah pimpinannya sendiri. Dan hal ini menyebabkan Akhmad Syeikh tidak menerima gajinya. Hal ini pun menjadi sorotan serius dari majelis ulama setempat. Namun sayang penulis tidak menadapat informasi lebih lanjut mengenai peristiwa tersebut.
Kesimpulannya, orang Islam telah menunjukkan identitasnya walaupun berada di lingkungan yang minoritas. Dan hal ini sangat berguna untuk membedakan mereka dengan yang lain (agamanya). Lihatlah terdapat toko-toko muslim yang menjual makanan dan minuman yang halal, dan juga restauran-restauran halal yang tersebar di beberapa tempat di Irlandia, terutama di ibukota.
Terakhir, atas keterbatasan informasi dan penulisannya kami mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya. Demikian pula dengan keterbatasan referensi karena sedikitnya tulisan yang berisi kondisi muslim Irlandia. Saran dan kritiknya tetap dinanti untuk perbaikan di masa mendatang.
readmore »»  

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS